KH. Ahmad Tabroni
Mutiara Ilmu yang Tersembunyi di
Pantai Utara
Sebagai
orang yang pernah hidup di jamannya ketika mengingat nama KH. Ahmad Tabroni,
hati saya bergetar karena banyaknya peristiwa yang saya kenang peristiwa yang
menjadi suri tauladan, menakjubkan, seputar kharisma dan kesolehannya
menorehkan sejarah tetesan tinta megan untuk dikenang sepanjang masa.
Tulisan
ini berdasarkan keta`dziman penulis terhadap beliau. Semoga beliau meridhoinya.
Karena tidak ada niatan lain kecuali untuk menceritakan kisah-kisah yang baik
yang mengandung pelajaran supaya kami semua bisa mencontohnya,
Penulis
tidak tahu persis kapan KH. Ahmad
Tabroni bin H. Romli di lahirkan. Namun
yang jelas beliau wafat sekitar tahun 1996. Beliau seorang ajengan sufi yang
memiliki pesantren dan mengajar santri di Sekitar Pantai Utara, tepatnya di
Desa Rangdumulya, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang. Semasa hidupnya KH. Ahmad Tabroni pernah
nyantri di KH. Tubagus Ahmad Bakri atau yang lebih dikenal dengan Mama Sempur,
seangkatan dengan KH Ahmad Dimyati atau
Abuya Dimyati Banten. KH. Ahmad juga
pernah mengenyam pendidikan di KH, Ahmad Busyaeri Rawamerta dan mengaji di
sejumlah pesantren.
KH.
Ahmad Tabroni sangat bersahabat dengan Abuya Dimyati, keduanya tidak hanya
sebagai sahabat, namun satu sama lain saling memuji soal khasanah keilmuannya.
Bahkan, antara Abuya Dimyati dan KH. Ahmad Tabroni sering kali bertamu dan
meminum segelas air secara
bersamaan keduanya berharap
barokah.
Tindakan
ini dilakukan, konon saat KH. Ahmad Bakri atau Mama Sempur meninggal, Abuya
memimpikan jika keranda Mama Sempur itu diusung menuju pesantren KH. Ahmad
Tabroni. Bahkan, menurut cerita sepuh di
sana, keilmuan dan kesufian Mama Sempur berasimilasi (menyatu) terhadap KH.
Ahmad Tabroni sedangkan keilmuan Sufi dan kanuragannya berasimilasi terhadp
Abuya. Atas mimpi itu keduanya sama-sama mentadzimkan.
Tidak
banyak memang yang mengenal sosok, pemikiran dan perjuangan KH. Ahmad Tabroni.
Karena beliau lebih banyak “sembunyi” atau tinggal di pesatrennya dan hampir
tidak pernah pepergian ke luar kota. Ia sesekali pepergian menuju Citeko, Plered Kabupaten Purwakarta jika
menghadiri acara haul gurunya yaitu Mama Sempur.
Wajahnya
putih bercahaya, ia sering memakai jubah putih dan bersarung corak dengan
berbaju koko putih dan peci haji putih yang dibalut surban (bendo) suaranya pelan, namun anehnya kata demi kata
yang meluncur dari bibirnya selalu bisa didengar dengan jelas. KH. Ahmad
Tabroni seorang kyai yang berjalan menunduk tidak pernah mensejajarkan
kepalanya saat berjalan, gaya berjalnnya cepat dan tidak pernah menoleh ke
kanan dan kiri. Beliau yang matanya terjaga memandang lain jenis. Saat mengisi
pengajian ibu-ibu, ia mengajar dengan dikelilingi hijab berwarna hitam. Ia juga
termasuk ajengan yang anti mengenakan speker, tetapi tidak pula mengharamkannya
bagi pengguna speker.
Kendati
tidak pernah kemana-mana, semasa hidupnya beliau banyak dikunjungi dan punya
hubungan kedekatan dengan para habaaib, baik dari Bogor, Sukabumi, Purwakarta
dan Jakarta. Bahkan, sejumlah tamu dari luar daerah banyak yang bersilaturrahmi
terhadapnya. Ia tidak memilih-milih tamu yang datang ia membuka diri kepada
siapa pun dan selalu respons menerima tamu yang bersilaturrahmi kendati
terkadang keinginan tamu itu ada yang menyimpang menurut pandangannya.
Semasa
hidup hampir semua kegiatannya dihabiskan untuk beribadah. Hal itu terlihat
dari tulisan-tulisan wiridan dana amalan ibadah kesehariaan yang ia tulis dalam
sebuah buku. Saat beliau meninggal, dalam lembaran kitab kuning yang biasa
diajarkan ke santri ada sebuah tulisan yang mengkisahkan lengkap dengan
tanggal, hari bulan dan tahunnya, ia menceritakan pernah sepuluh kali bermimpi
bertemu dengan Rasulullah SAW. Dia juga pernah bermimpi berkumpul dengan para
wali dan di hadapan para wali itu nama beliau diperkenalkan oleh Waliyullah Syeh Abdl Qodir Jaelani seraya
janggut beliau sempat diusap oleh pemimpin para wali itu. Saat terbangun dari
tidur janggut KH. Ahmad Tabroni yang hitam lebat tiba-tiba berubah warnanya
menjadi putih. Setelah kejadiaan itulah, maka rambut dan bulu alis KH. Ahmad
Tabroni itu berwarna hitam, tetapi hanya janggutnya saja yang berwarna putih.
Tulisan itu baru terbuka oleh putranya
setelah KH. Ahmad Tabroni wafat.
Beliau
seorang sufi dan menolak duniawi, pernah
suatu hari segerombolan burung walet masuk dan bersarang
di dalam majlisnya, lalu beliau mengusirnya. Ketika beliau meninggal di dalam
kamarnya menumpuk amplop yang masih utuh belum dibuka. Amplop yang diduga
pemberian tamu itu hanya diletakan saja dan hampir memenuhi lemari. Beliau
termasuk ulama yang tidak pernah mau disentuh bantuan dari pemerintah untuk
membangun pesantrennya. KH. Ahmad Tabroni termasuk kyai menerima kehadiran
penguasa yang datang ke pondok dengan biasa-biasa saja. Atau terkadang tidak ia
temui.
Kendati
sikapnya demikian ia tidak anti pemerintah, ia mengamalkan ajaran gurunya (
Mama Sempur) yang bunyinya wajib taat
terhadap pemerintah yang lalim sekalipun, selagi tidak memerintahkan durhaka
kepada Allah SWT. Saat pemilihan partai politik atau pemilu beliau pun
mengikutinya dengan masuk ke bilik suara, tapi kartu suara yang saat itu hanya
tiga partai itu ditutup kembali satu pun tidak ada yang dicoblos. Beliau hanya
mencoblos satu kali saat pemilihan kepala desa, alasannya beliau mengenal sosok
yang dipilihnya secara baik dan berakhlak baik.
Pernah
suatu ketika di desanya, kabel PLN yang melintas tepat ke salah satu bangunan
pesantren mengeluarkan percikan api dan mengeluarkan suara yang menggelegar.
Percikan itu juga terjadi ke hampir seluruh standar kabel di sejumlah rumah.
Saat itu masyarakat secara bersama-sama
lari berhamburan menuju areal pesawahaan, menghindari peristiwa tersebut.
Hanya
KH. Ahmad yang tidak berada di pesawahan.
Saat akan dijemput, salah seorang warga,
beliau tidak mau mengungsi sebaliknya malah menggelar sajadah untuk
sholat sunat. Karena khawatir terjadi sesuatu salah seorang menungguinya.
Setelah solat selesai beliau berdiri di bawah lintasan kabel dan kabel yang
mengeluarkan percikan api itu terputus, anehnya tidak menimpanya melainkan
kabel itu terjatuh dalam posisi menggeser dan percikan api itu mati.
Masih
banyak kisah-kisah karomah KH. Ahmad
Tabroni yang terlalu panjang untuk di tulis termasuk pertemuannya denga Salah
seorang habib sahabatnya dari Sukabumi di Mekah yang sepulang dari mekah habib
tersebut kaget ternyata KH. Haji Ahmad tidak ke mana-mana.
SEPERTI
TAHU BELIAU AKAN WAFAT
Setiap
bulan suci Ramadhan program mengaji sampai khatam (kilatan) salah satunya
mengkaji kitab dala’il sampai kupas tutas. Pada bulan-bulan lainnya tidak ada
pengajian yang membahas kitab dalail. Salah seorang tamu bernama Arif Rahman
Hakim, putra salah seorang kyai dari Kampung Tuwel, Kecamatan Selawi Kab. Tegal
meminta mengaji Dala’il. Biasanya belaiu menyarankan untuk mengikuti saja di
bulan Ramadhan. Namun, beliau malah mengajarkannya hingga khatam. Ternyata KH.
Ahmad Tabrani tidak menemukan lagi bulan Ramdhan karena beliau keburu wafat.
Pada
akhir hidupnya, beliau harus di Rawat di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang, kerana
menderita sakit radang tenggorokan. Saat sakit
ibadah kesehariannya tidak ditinggalkan. Bahkan ia mempertahankan tetap
langgeng wudhu. Suatu ketika ia meminta yang menungguinya di rumah sakit untuk
tidak gaduh dan dimita para penunggunya itu tidur, tida lagi terjaga semalaman.
Alasannya, beliau ingin ber istirahat. Sepertinya isyarat itu tertangkap karena
pada saat itu ia harus beristirahat panjang selama-lamanya menemui sang Khalik.
coy ieu ges menta izin hela teu ka kluarga wetan?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussalam ka keluarga besar rangdu,
BalasHapustabroni di langseb.
Salam lahir dan bathin buat semua keluarga ajengan di Rangdu Mulya...
BalasHapusSemaoga, wa haji dan wak haji muhammad panjang umur sehingga masih tetap menjalankan tausiyahnya, menggantikan wa haji ahmad. Kel. Besar pst. Riyadlu as shalihin tasikmalay.
BalasHapussepengetahuan saya kh ahmad tabroni tdk prnah mengenyam ilmu di kh ahmad busaeri rawa merta boz,,,yg ada beliau berteman dan pernah satu pondok di sempur,,,itu menurut keterangan putra dari kh ahmad tabroni,
BalasHapusmohon untuk direvisi, sebenarnya saya yang menulis tapi bukan tujuan untuk di tayangkan secara umum, tiba tiba tuliasn ini di muat di blog yang sekarang. Padahal tujuan awalknya untuk pelatihan jurnalistik dasar bagi santri secara online.
BalasHapussoal kh busyaeri saya saat ikut sholat jenajah al magfurllah kh ahmad tabroni, sebagai imamnya kh busyaeri pernah mengatakan pernah diajar ka kuring tapi akhlaq jeung elmu kuring teu nepi jiga anjeuna<<< tapi yang paling valid adalah pendapat dari keluarga mohon di revisi dan dimaafkan sbb tujuan penulis benar rasa tadzim dan memuliakan al magfurllah>>>
BalasHapusdari situ lah penulis menyimpulkan, kalau pun salah semata-mata kesalah penulis dalam menyimpulkan<<<salam semua untuk masyarakat pecinta penyebar agama islam yaitu kh ahmad tabroni bin haji romli< alam buat keluarganya.
BalasHapusLembur rangdu,, lembur Kuring,,, kang,, karak apal aya kh,ieu, abdi hoyong jiarah ja makamna,,
BalasHapusAlmarhum ulama sufi, pendiri daerah Rangdu,,wa
BalasHapusSangat bermanfaat sekali buat sy. Tolong bila ada yg tahu siapa saja anak nya? lahir tahun berapa? dan lebih detail lagi. Terima kasih
BalasHapusAya nu uninga silsilahna mama ajengan ?
BalasHapusCoin Casino (2021) | 100% Welcome Bonus up to $20
BalasHapusCoin Casino 인카지노 | 카지노 The first Bitcoin casino to launch, Coin Casino was launched as septcasino a Bitcoin casino. This casino aims to entice new players to sign up